Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Paradigma Budaya Eks Palaguna

Gambar
Oleh: Herry Dim untuk #saveXpalaguna RADEN Adipati Wiranata Kusumah II menancapkan tongkat seraya berkata: Sumur Bandung méré karahayuan ka Dayeuh Bandung // Sumur Bandung kahayuning Dayeuh Bandung . (Sumur Bandung memberikan kehidupan baik bagi Kota Bandung // Sumur Bandung memperindah Kota Bandung). Itulah yang menjadi legenda Sumur Bandung sebagai tanda bermulanya alun-alun dan keberadaan kota Bandung pada umumnya. Pada teks yang tertera di gedung PLN yang mengeklaim bahwa di sanalah tempatnya Sumur Bandung terdapat kalimat tambahan “ ayana di gedung PLN Bandung” (berada di gedung PLN Bandung), itu bisa dipastikan merupakan tambahan mengingat R.A. Wiranata Kusumah II mengucapkannya pada 25 Mei 1811 atau seratus tahun sebelum gedung itu berdiri menjadi Gemeenschapplijk Electriciteitbedrijf en Omstreken voor Bandoeng (Perusahaan Listrik Lingkungan Bandung) yang diresmikan pada 26 Oktober 1939. Pun tentang titik Sumur Bandung, sekurang-kurangnya ada tiga pendapat yaitu di sebel...

Sajak Pamflet Jelek untuk #saveXpalaguna

lagi, mata melihat aturan hingga undang-undang dipermainkan diotak-atik hingga berbelok entah ke arah mana masih adakah negara? masih berlakukah kosakata pemerintah? kala negeri ini dimerdekakan tegas di penutup proklamasi terucap: "atas nama bangsa Indonesia" bangsa mendahului lahirnya negara negara berdiri dijanjikan demi rakyatnya masih perlu kah diskusi? tegas di depan mata negara telah dikangkangi kapital jengkal demi jengkal tanah negara dijual, diijonkan, atau digadaikan dan, kapital pun setahap demi setahap mengelabui mata bangsa lembar demi lembar bulu sayap bangsa dicabuti dengan traktor dan buldozer bahkan sayap bangsa dipatahkan bangsa dibikin tak berdaya tak lagi bisa melihat kecuali terpesona gemerlap lampu neon tubuhnya dibikin hanya bisa berbodong ke sana dan kemari tak berdaya kecuali menatap di kejauhan senyam-senyum bermandi sinar neon menatap gedung-gedung yang tak bisa dimasukinya kapital dengan seribu akal bulus merembes ...

Amal Berkelanjutan bagi Kota Bandung

Gambar
Oleh: Herry Dim RIDWAN Kamil di hari ke 44 menjabat Wali Kota Bandung, sempat bersikap cerdas dan tegas sehubungan penebangan pohon dengan semena-mena di depan Hotel Ibis Braga dan bangunan di jalan Sumbawa. Seperti dilansir sejumlah media, Kang Emil (demikian sebutan bagi Ridwan Kamil) antara lain menyatakan: “Kalau pakai logika, pohon dengan kerimbunan daun sedemikian itu menghasilkan oksigen yang per tahunnya senilai dengan Rp 1,6 miliar. Satu kilogram oksigen dijual Rp. 20 ribu, jika dikalikan per tahun, lalu dihitung usia pohon 30 tahun, hasilnya segitu...“ Itu sekaligus untuk mengantar ucapan terimakasih bahwa kemudian hingga 2017 atau selama empat tahun kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung untuk periode 2013 – 2018, Kang Emil telah merawat taman-taman lama yang kemudian diberi thema dan membuat taman-taman baru untuk kecantikan kota Bandung. Hingga tulisan ini disusun setidaknya telah ada 15 taman lama dan baru di kota Bandung yaitu Taman Vanda, Taman Pustaka Bunga C...

Pusat Kota Bandung Perlu Hutan?

Gambar
Oleh: Herry Dim untuk #saveXpalaguna Tindakan mengejar keuntungan dengan mengorbankan alam dan peradaban, bukanlah pembangunan melainkan perusakan. Hal ini tidak boleh dibiarkan, karena peradaban Suku Naga lebih matang dan dewasa daripada peradaban yang akan dipaksakan kepada mereka. (Rendra, petikan dialog pada naskah "Kisah Perjuangan Suku Naga," manuskrip, Yogya, 19 Juli 1975) AREA hijau di tengah adalah titik alun-alun barat, itu pun berupa rumput sintetik yang berarti hijau artifial. #saveXpalaguna IZINKAN tulisan ini hendak memulai dengan pertanyaan: perlukah “hutan kota” di pusat kota Bandung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di zaman sekarang ini, kiranya tidaklah rumit. Setiap orang yang memegang ponsel cerdas, kini, bisa segera melihat kenyataan langsung melalui layanan peta google atau semacamnya. Setelah itu, tidaklah perlu pula dimulai dengan kerumitan teoritik sebab dengan pandangan awam pun akan segera terjawab, bahwa kawasan pusat kota ...

Pusat Kota Bandung Perlu Hutan?

Gambar
Oleh: Herry Dim untuk #saveXpalaguna Tindakan mengejar keuntungan dengan mengorbankan alam dan peradaban, bukanlah pembangunan melainkan perusakan. Hal ini tidak boleh dibiarkan, karena peradaban Suku Naga lebih matang dan dewasa daripada peradaban yang akan dipaksakan kepada mereka. (Rendra, petikan dialog pada naskah "Kisah Perjuangan Suku Naga," manuskrip, Yogya, 19 Juli 1975) AREA hijau di tengah adalah titik alun-alun barat, itu pun berupa rumput sintetik yang berarti hijau artifial. #saveXpalaguna IZINKAN tulisan ini hendak memulai dengan pertanyaan: perlukah “hutan kota” di pusat kota Bandung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di zaman sekarang ini, kiranya tidaklah rumit. Setiap orang yang memegang ponsel cerdas, kini, bisa segera melihat kenyataan langsung melalui layanan peta google atau semacamnya. Setelah itu, tidaklah perlu pula dimulai dengan kerumitan teoritik sebab dengan pandangan awam pun akan segera terjawab, bahwa kawasan pusat kota ...

Sajak #Save_Ex-Palaguna

waktu tara ngabohong sakedap deui kami baris mulang ka alam kubur mun ayeuna meredih tilas palaguna sangkan ngajadi taman asri paniisan éstu lain pikeun kami anu rék maot meredih sotéh ku deudeuh ka bandung ku nyaah ka anak-incu sangkan kabéh tumuwuh ngajadi manusa ulah teuing ukur ngajadi jelema enya di dinya pisan aya anu kasebat sumur bandung kukituna ras ka kecap pusaka kalayan dunga ti Radén Adipati Wiranata Kusumah II: Sumur Bandung méré karahayuan ka Dayeuh Bandung Sumur Bandung kahayuning Dayeuh Bandung piraku téh teuing rék digadabah deui? kapan tos kabuktosan dijieun naon baé ogé di éta wewengkon moal ngajadi nanaon anggur urus ci nyusu sumur bandung anggur urus cikapundung ulah teuing tepi ka pundung walungan jeung ci nyusu baturna lain gedong beton walungan jeung ci nyusu ilaharna sakahirupan jeung tutuwuhan hirup bareng méré karahayuan . Cibolerang, 2 2 2017