Postingan

7 x 7 = ∞ infinity

Gambar
Herry Dim Indonesia, b. 1955 Art is the path of wandering to the destination as far as and as widely as possible. We always find miracles, passions, freedom, and the peak of happiness at at each point of destination. Similarly, Herry Dim's statement as written in one of his works. Furthermore he said: "The art way always brings him to meet with artists from different times and lives. Each meeting opened the way to greet each other, talk, and dig up his techniques to then use my own language."  It is not surprising that from him were born works such as "Hi Freud, Hi Dali, Hi Miró" who address Sigmund Freud, Salvador Dali, and Joan Miró, "Ketuk Tilu Naek Pablo" (Three Tap Dance Up to Pablo) in the meaning of dancing with Pablo Picasso, or "Bercanda dengan Gogh" in the sense of joking with van Gogh, etc. Herry Dim has ever painted in various sizes even...

Sempatkan Mundur agar Kita Maju

Gambar
(Kertas pengantar bedah buku Jakob Sumardjo “Sunda: Pola Rasionalitas Budaya”) Oleh: Herry Dim DI tengah keramaian berlangsungnya aksi #saveXpalaguna dan di antara sejumlah karya seni yang hadir, muncul lah tiga sosok dengan kepala dalam kotak berhimpit, mereka berjalan mundur sambil menyanyikan “Indonesia Raya” dan “Hallo-hallo Bandung.” Hadirin yang memadati jl Asia-Afrika di sekitaran depan eks Palaguna pun terperangah, sebagian besar mendekat sambil bertanya-tanya: apa kiranya maksud dari “kegilaan” tiga anak muda ini? Tentu tak semua faham dengan ekspresi tiga anak muda dari Invalid Urban ini, apalagi ketika mengikuti pesan teksnya “Berjalan Mundur, Strategi Menghadapi Kemajuan.” Apakah mereka anti-kemajuan? Tapi kiranya, sesiapa pun yang hadir bisa ikut merasakan (emfati atau feeling into ) bahwa kepala di dalam kotak itu pengap, panas, minim ruang bernafas, maka begitu sulit untuk bisa menyanyikan lagu "Indonesia Raya" atau pun "Hallo-hallo Bandung....

Harry Roesli Sang Jenius Monumen Musik Indonesia

Gambar
Oleh: Herry Dim Prakata SEKIRA setahun sebelum wafatnya Harry Roesli (1951-2004), ia sudah berkata: " Herr, urang rek nerbitkeun buku kandel, moal kurang ti 200 halaman tapi kabeh halamanna kosong kecuali prakata jeung sambutan " (Herr, saya hendak menerbitkan buku tebal, tidak kurang dari 200 halaman tapi semua halamannya kosong kecuali prakata dan tulisan sambutan). "Maksud Mas Harry?" Demikian sontak saya bertanya. " Enya, engke eusian ku maneh " (Ya, nanti kamu yang mengisi), jawabnya. Pernyataannya sangat serius. Itu di luar kebiasaan Harry Roesli yang biasanya penuh dengan canda. Maka saya dan Sulasmoro (panggilannya Moro) menanggapinya dengan serius pula. " Moro, gawekeun desain jeung dummy- na ku maneh " (Moro, kerjakan desain dan dummy -nya sama kamu), tandas Harry Roesli. Sejak itu Moro ditemani Rahadian P. Paramita mulai bekerja dan saya mulai menulis seperti yang diminta almarhum. Selang sekira tiga bulan kemu...

Paradigma Budaya Eks Palaguna

Gambar
Oleh: Herry Dim untuk #saveXpalaguna RADEN Adipati Wiranata Kusumah II menancapkan tongkat seraya berkata: Sumur Bandung méré karahayuan ka Dayeuh Bandung // Sumur Bandung kahayuning Dayeuh Bandung . (Sumur Bandung memberikan kehidupan baik bagi Kota Bandung // Sumur Bandung memperindah Kota Bandung). Itulah yang menjadi legenda Sumur Bandung sebagai tanda bermulanya alun-alun dan keberadaan kota Bandung pada umumnya. Pada teks yang tertera di gedung PLN yang mengeklaim bahwa di sanalah tempatnya Sumur Bandung terdapat kalimat tambahan “ ayana di gedung PLN Bandung” (berada di gedung PLN Bandung), itu bisa dipastikan merupakan tambahan mengingat R.A. Wiranata Kusumah II mengucapkannya pada 25 Mei 1811 atau seratus tahun sebelum gedung itu berdiri menjadi Gemeenschapplijk Electriciteitbedrijf en Omstreken voor Bandoeng (Perusahaan Listrik Lingkungan Bandung) yang diresmikan pada 26 Oktober 1939. Pun tentang titik Sumur Bandung, sekurang-kurangnya ada tiga pendapat yaitu di sebel...

Sajak Pamflet Jelek untuk #saveXpalaguna

lagi, mata melihat aturan hingga undang-undang dipermainkan diotak-atik hingga berbelok entah ke arah mana masih adakah negara? masih berlakukah kosakata pemerintah? kala negeri ini dimerdekakan tegas di penutup proklamasi terucap: "atas nama bangsa Indonesia" bangsa mendahului lahirnya negara negara berdiri dijanjikan demi rakyatnya masih perlu kah diskusi? tegas di depan mata negara telah dikangkangi kapital jengkal demi jengkal tanah negara dijual, diijonkan, atau digadaikan dan, kapital pun setahap demi setahap mengelabui mata bangsa lembar demi lembar bulu sayap bangsa dicabuti dengan traktor dan buldozer bahkan sayap bangsa dipatahkan bangsa dibikin tak berdaya tak lagi bisa melihat kecuali terpesona gemerlap lampu neon tubuhnya dibikin hanya bisa berbodong ke sana dan kemari tak berdaya kecuali menatap di kejauhan senyam-senyum bermandi sinar neon menatap gedung-gedung yang tak bisa dimasukinya kapital dengan seribu akal bulus merembes ...

Amal Berkelanjutan bagi Kota Bandung

Gambar
Oleh: Herry Dim RIDWAN Kamil di hari ke 44 menjabat Wali Kota Bandung, sempat bersikap cerdas dan tegas sehubungan penebangan pohon dengan semena-mena di depan Hotel Ibis Braga dan bangunan di jalan Sumbawa. Seperti dilansir sejumlah media, Kang Emil (demikian sebutan bagi Ridwan Kamil) antara lain menyatakan: “Kalau pakai logika, pohon dengan kerimbunan daun sedemikian itu menghasilkan oksigen yang per tahunnya senilai dengan Rp 1,6 miliar. Satu kilogram oksigen dijual Rp. 20 ribu, jika dikalikan per tahun, lalu dihitung usia pohon 30 tahun, hasilnya segitu...“ Itu sekaligus untuk mengantar ucapan terimakasih bahwa kemudian hingga 2017 atau selama empat tahun kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung untuk periode 2013 – 2018, Kang Emil telah merawat taman-taman lama yang kemudian diberi thema dan membuat taman-taman baru untuk kecantikan kota Bandung. Hingga tulisan ini disusun setidaknya telah ada 15 taman lama dan baru di kota Bandung yaitu Taman Vanda, Taman Pustaka Bunga C...

Pusat Kota Bandung Perlu Hutan?

Gambar
Oleh: Herry Dim untuk #saveXpalaguna Tindakan mengejar keuntungan dengan mengorbankan alam dan peradaban, bukanlah pembangunan melainkan perusakan. Hal ini tidak boleh dibiarkan, karena peradaban Suku Naga lebih matang dan dewasa daripada peradaban yang akan dipaksakan kepada mereka. (Rendra, petikan dialog pada naskah "Kisah Perjuangan Suku Naga," manuskrip, Yogya, 19 Juli 1975) AREA hijau di tengah adalah titik alun-alun barat, itu pun berupa rumput sintetik yang berarti hijau artifial. #saveXpalaguna IZINKAN tulisan ini hendak memulai dengan pertanyaan: perlukah “hutan kota” di pusat kota Bandung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di zaman sekarang ini, kiranya tidaklah rumit. Setiap orang yang memegang ponsel cerdas, kini, bisa segera melihat kenyataan langsung melalui layanan peta google atau semacamnya. Setelah itu, tidaklah perlu pula dimulai dengan kerumitan teoritik sebab dengan pandangan awam pun akan segera terjawab, bahwa kawasan pusat kota ...